UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Inilah Makan dan Pungsi Pelangkiran di Kamar Tidur

Inilah Makan dan Pungsi Pelangkiran di Kamar Tidur
Pelangkiran telah lama menjadi pilihan bagi umat Hindu untuk menyembah Ida Sang Hyang Widhi dalam berbagai manifestasinya. Bentuknya yang praktis, mudah dibuat, didapat, atau ditempatkan, dan memiliki fleksibilitas fungsi dalam kesederhanaan bentuknya, membuat pelangkiran menjadi fokus orientasi religius bagi umat Hindu dalam menjalankan swadharma atau tugas-tugas kehidupan mereka.

Apa Itu Pelangkiran?

Pelangkiran merupakan salah satu sarana doa penting bagi Umat Hindu, selain Merajan atau Sanggah Kemulan. Biasanya, Pelangkiran ditempatkan di kamar tidur, tempat usaha, dan berbagai tempat lainnya. Penempatan Pelangkiran dalam setiap kamar tidur memiliki dasar dan tujuan tertentu. Menurut penjelasan dari PHDI dan Sri Rsi Anandakusuma dalam Kamus Bahasa Bali, Pelangkiran adalah tempat sajen yang diletakkan di kamar.

Sejarah Pelangkiran

Sejarah dan asal usul pelangkiran

Asal usul kata "Pelangkiran" diduga berasal dari "Langkir," yang memiliki arti serupa dengan gunung. Sebagai contoh, Gunung Agung di Bali dahulu disebut Gunung Tolangkir atau Tohlangkir. Gunung merupakan simbol hulu dalam konsep hulu-teben yang merujuk pada puncak-dasar, atas-bawah, hulu-hilir, dan sebagainya. Konsep hulu-teben ini mencerminkan bahwa kehidupan ada dan berlangsung, karena keduanya tak terpisahkan, seperti purusha (unsur kejiwaan) dan pradana (unsur kebendaan) yang saling melengkapi selama hidup.

Letak dan Fungsi Pelangkiran

Keberadaannya yang mudah ditemui di berbagai tempat seperti kamar tidur, ruang kerja, ruang suci, warung, gerobak dagang, pasar, dan bahkan di dalam mobil. Dengan begitu, pelangkiran memainkan peran sentral dalam kehidupan spiritual dan sehari-hari umat Hindu. berikut fungsi dari pelangkiran menurut tempat peletakannya:

  • Di Dapur: Pelangkiran yang ditempatkan di dapur berfungsi untuk menyembah Sang Hyang Brahma.
  • Di Sumur: Pelangkiran yang ditempatkan di sumur, kran air atau sumber mata air lainnya di fungsikan untuk menyembah Sang Hyang Wisnu.
  • Di Pasar: Pelangkiran yang ditempatkan di pasar berfungsi untuk menyembah Bhatari Dewa Ayu Melanting.
  • Di Toko: Pelangkiran yang ditempatkan di toko berfungsi untuk menyembah Ida Bhatari Rambut Sedana sebagai pemberi kemakmuran kepada setiap umat manusia.
  • Di Kantor/Sekolah: Pelangkiran yang ditempatkan di kantor atau di sekolah berfungsi untuk menyembah Bhagawan Panyarikan atau Sang Hyang Aji Saraswati
  • Di Kamar: Pelangkiran yang ditempatkan di kamar tidur berfungsi sebagai penunggu urip.
  • Di Tempat Tidur Bayi: Pelangkiran yang ditempatkan di tempat tidur bayi yang belum 3 bulanan berfungsi untuk menyembah Sang Hyang Kumara sebagai penjaga para bayi.

Penempatan pelangkiran harus diatur dengan penuh kehati-hatian dan disakralisasi melalui proses penyucian (prayascita). Tempat yang sesuai untuk pelangkiran adalah pada utama mandala, seperti sisi kaja (arah gunung/bukit terdekat) atau sisi kangin (matahari terbit), atau di dalam sebuah ruangan jika memungkinkan. Ketinggian rong pelangkiran (bagian depan tempat sesajian) harus ditempatkan minimal di atas kepala (siwadwara) maurip aguli (tambah satu ruas jari) agar penempatannya tepat dan berbudi luhur.

Bentuk Pelangkiran

Dikutp dari situs resmi PHDI bentuk plangkiran menyerupai bagian atas dari pelinggih padma, yang secara arkeologi diperkirakan berkembang dari bentuk pemujaan tahta batu pada zaman pra sejarah. Menurut Sutaba (1995), tahta batu bersusun dengan sandaran tangan kiri-kanan dan punggung berkembang menjadi bentuk jempana, gayot/joli, wadah (bake), dan akhirnya menjadi bentuk padmasana.

Makna dan bentuk dari Pelangkiran

Perkembangan ini mengarahkan pemahaman bahwa plangkiran juga merupakan simbolik gunung. Puncak-puncak bukit dan gunung diyakini sebagai stana roh suci leluhur dan para dewa, menjadi manifestasi Tuhan sejak zaman pra sejarah nenek moyang Nusantara, dan semakin dipermulia oleh ajaran Hindu dari India. Plangkiran menjadi salah satu stilisasi dari puncak gunung yang dikultuskan menjadi tempat pemujaan, bersanding dengan bentuk-bentuk pelinggih yang lebih permanen dalam arsitektur pemujaan Hindu.

Awalnya, plangkiran terbuat dari bahan-bahan sementara seperti rangkaian bambu, triplek, papan kayu sederhana, dan tidak dilakukan finishing karena hanya digunakan untuk sementara. Namun, saat ini, plangkiran dibuat dengan kayu pilihan seperti nangka, jati, majagau, cempaka, atau cendana, bahkan dihiasi dengan ukiran, cat, dan ornament berbagai warna serta emas.

Hal-hal Yang Wajib Diperhatikan 

  • Penempatan: Pelangkiran di dalam rumah harus diperhatikan dengan baik. Setiap kamar tidur (bagian kepala) perlu memiliki pelangkiran untuk linggih 'kanda-pat'. Untuk stana Sanghyang Kumara bagi bayi yang belum upacara 3 bulan, pelangkiran dibuat dari anyaman bambu. Di dapur, perlu ada pelangkiran untuk linggih Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu, ditempatkan 'pulu' yang berisi beras segenggam. Pelangkiran ini juga perlu diisi dengan 'pejati', yakni banten tegteg, daksina, peras, dan ajuman.
  • Saat Purnama: Setiap purnama, pejati di pelangkiran harus diganti dengan yang baru. Setiap hari, 'ngejot' atau memberi maturan di pelangkiran-pelangkiran itu dilakukan dengan canang sari berisi masakan hari itu, cukup dengan bahasa biasa tanpa perlu menggunakan mantram. Tirta untuk mebanten 'saiban' bisa diminta di geria-geria, yaitu tirta pelukatan, dan bisa disimpan untuk keperluan sebulan atau lebih.
  • Saat Tilem: Saat tilem yang dihaturkan adalah pejati (tegteg, daksina, peras, ajuman) seperti pada purnama, tetapi di bawah pelangkiran diisi dengan segehan nasi manca warna.
  • Meletakan Patung: Jika ingin melinggihkan patung Dewa Siwa di pelangkiran kamar, menurut Bhagawan Dwija, hal ini boleh dilakukan, tetapi perlu diingat bahwa Dewa Siwa adalah niyasa Tuhan (Sanghyang Widhi) dan sebaiknya ditempatkan di lingkungan yang lebih sakral atau suci, bukan di pelangkiran kamar tidur yang mungkin digunakan untuk hal-hal khusus.
  • Bagi Yang Merantau: Jika merantau dan ingin tetap selalu memuja Ida Sang Hyang Widhi, letakkanlah pelangkiran di ruangan khusus yang tidak digunakan untuk tidur. Ingatlah bahwa di kamar tidur, stana Kanda Pat yang sesuai perlu ditempatkan.

Pelangkiran biasanya ditempatkan secara permanen di ruang-ruang khusus seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lengkap dengan berbagai kelengkapan wastra, hiasan gantungan, dan lamak kain atau pis bolong. Dengan sentuhan keindahan dan kehalusan dalam pembuatannya, pelangkiran menjadi elemen penting dalam upacara pemujaan dan menghiasi tempat-tempat suci dengan megahnya.
Posting Komentar

Posting Komentar